Budaya K-pop bukan cuma soal musik atau fashion, tapi juga gaya hidup yang memengaruhi banyak orang, termasuk pola diet. Tak jarang, publik figur Korea jadi inspirasi banyak penggemar untuk meniru cara hidup mereka, termasuk soal makan. Salah satu yang viral adalah IU Diet.
IU Diet dikenal karena hasilnya yang terlihat cepat menurunkan berat badan. Tapi bagaimana sebenarnya pola makan ini bekerja, dan apa risikonya untuk tubuh? Artikel ini akan mengupas fakta lengkapnya supaya kamu bisa memilih dengan bijak.
Apa Itu IU Diet?
IU Diet terinspirasi dari pola makan ekstrem yang dijalankan oleh IU, penyanyi sekaligus aktris asal Korea Selatan. Diet ini menekankan pembatasan kalori secara drastis—hanya sekitar 300 sampai 500 kalori per hari.
Beberapa hal yang perlu kamu tahu:
Kalori sangat rendah
Jauh dari angka kebutuhan harian. Umumnya, wanita dewasa butuh sekitar 2000 kalori, sedangkan pria 2500. Dalam IU Diet, jumlah ini dipangkas hingga hanya seperlima dari kebutuhan normal.
Risiko kekurangan nutrisi
Karena asupan sangat terbatas, tubuh sulit mendapat semua zat gizi penting. Akibatnya, bisa muncul masalah seperti lemas, gangguan imun, bahkan kekurangan vitamin dan mineral.
Sulit dijalani dan tak berkelanjutan
Pola ini tak cocok untuk jangka panjang. Diet yang terlalu ketat justru bisa memicu pola makan tidak sehat, bahkan gangguan makan.
Tak direkomendasikan ahli kesehatan
Karena efeknya yang ekstrem, banyak profesional medis tidak menyarankan IU Diet. Risiko seperti batu empedu, rambut rontok, dan gangguan detak jantung bisa terjadi jika pola ini dijalankan terus-menerus.
Apakah IU Diet Aman?
Jawaban singkatnya tidak sepenuhnya. Meski IU Diet memang bisa menurunkan berat badan dengan cepat, bukan berarti aman untuk semua orang. Apalagi jika dilakukan tanpa pengawasan medis.
Bandingkan angkanya:
- Rekomendasi normal: 1.600–2.500 kalori per hari
- IU Diet: hanya 300–500 kalori
Pola makan ini sangat jauh dari standar gizi seimbang. Padahal, diet sehat seharusnya tetap mencukupi semua kebutuhan zat gizi. Idealnya, pengurangan kalori dilakukan secara bertahap berdasarkan kebutuhan tubuh, bukan sekadar mengikuti tren.
Seperti diketahui, karbohidrat sangat penting sebagai sumber energi utama bagi otak, saraf pusat, dan ginjal. Diet rendah karbohidrat seperti IU Diet bisa menimbulkan efek jangka pendek seperti mual, pusing, sembelit, kelesuan, dehidrasi, bau mulut, dan hilangnya nafsu makan.
Dalam jangka panjang, diet ini dapat menyebabkan berat badan cepat kembali naik, masalah pencernaan karena kurang serat, serta risiko kolesterol tinggi dan obesitas perut.
Selain itu, IU Diet juga berisiko menyebabkan kekurangan protein yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk otot, kulit, enzim, dan hormon. Dampaknya bisa berupa pembengkakan (edema), penumpukan lemak di hati, gangguan pada kulit, rambut, dan kuku, hilangnya massa otot, hingga melemahnya sistem kekebalan tubuh.
Kesimpulannya, IU Diet memang bisa membuat angka timbangan turun cepat, tapi risikonya tidak bisa dianggap remeh. Kalori terlalu rendah, kurang nutrisi, dan efek samping kesehatan adalah alarm penting yang tidak boleh diabaikan.
Daripada mengikuti pola ekstrem, lebih baik pilih cara yang seimbang dan realistis. Misalnya, lewat pola makan sehat seperti yang ditawarkan oleh Quessfit. Quessfit hadir bantu kamu lewat catering sehat yang praktis, lezat, dan bergizi. Menu dirancang khusus sesuai kebutuhan tubuhmu.
Ambil promo hemat sekarang! Dapatkan 3 bulan catering sehat dan nikmati 3 minggu gratis senilai Rp2,25 juta!
